Rabu, 25 November 2009

Touring Nostalgia HTML Bogor Ke Ujung Genteng

PROLOG :
Setelah mendapat ijin istri (maklum, saya termasuk anggota ISSTI – Ikatan Suami-Suami Takut Istri) akhirnya saya berkesempatan mengikuti turing yang diadakan HTML (Honda Tiger Mailing List) Kopyah Bogor. Adapun tujuan turing kali ini adalah pantai Ujung Genteng yang berada di ujung Sukabumi. Saya yang belum pernah ke sana (mendengar nama ujung genteng juga baru kali ini) bergegas melihat peta Jawa Barat dan segera menemukan lokasinya, memang berada di ujung banget. Saya kurang tahu persis berapa jarak tempuh menggunakan motor, cuma pas kopdar sebulan sebelumnya, senior saya di HTML – Bro Agil, dengan serius (atau pura-pura serius) mengatakan kalau jaraknya kurang lebih sama dengan jarak tempuh ke Yogyakarta, alamak!. Kalau memang benar, berarti ini bakalan menjadi perjalanan menggunakan sepeda motor terjauh buat saya. Memecahkan rekor jarak tempuh terjauh saya sebelumnya, Bogor – Ciledug, he.. he…



Sebelumnya, seperti persyaratan sebelum turing yang diwajibkan, saya sudah servis motor, dua kali malah…. Yang pertama di AHASS langganan, dan karena belum puas dengan setingan mekanik AHASS (tigy masih susah langsam dan knalpot nembak-nembak), akhirnya saya bawa si tigy ke bengkel langganan semua Bogorianz (sebutan anak-anak HTML Bogor) ke Bang Rashim. Setelah di elu-elus, dioprak-oprek, digaruk-garuk dan dido’ain Bang Rashim pake kembang 7 rupa baru kerasa enak. Asli surasli, habis itu si tigy merah ati saya nggak pake ba-bu langsung ngacir abis (kebukti pas turing, tetep bisa nempel terus di belakang bro Idrus!). Four thumbs up buat kang Rashim. Sebelumnya beberapa part cadangan si tigy juga sudah saya beli (kabel kopling, busi, dll). Tigy juga udah lulus screening di kopdar seminggu sebelumnya dengan nilai cum laud lah! Pokoknya semua prasyarat sebelum turing sudah wokeh!



PEMBERANGKATAN (JUM’AT – 13 NOVEMBER 2009).
Lupakan sejenak mengenai mitos Jum’a tanggal 13 adalah hari yang seram. Setelah lepas dari kantor jam 5 sore, tanpa peduli hujan yang terus mengguyur Cibubur, saya langsung tancap gas ke Bogor lewat cibinong menuju tikum (titik kumpul) di parkiran ILP, di depan rumah sakit salak Bogor. Ampun …sepanjang perjalanan, hujan terus mengguyur. Sampai di tikum jelas seperti biasa, numero uno alias nomer satu. Setelah menyikat nasi goreng 1 piring, berturut-turut menongolkan diri, bro Uchu, Bro Angga, Bro Eko, Bro Agil dan bro-bro lainnya. Sesuai kesepakatan, pemberangkatan dibagi dalam rentang waktu jam 7 sampai jam 10 malam dengan setiap kloter berjumlah 10 mahluk! Lepas dari jam itu keperawanan tidak ditanggung he..he.. Jam 8-an akhirnya 10 biker bogorianz dengan saya di dalamnya berangkat, setelah sebelumnya berdo’a dan pembagian posisi turing. Seperti biasa saya lebih memilih di bagian depan, biar nggak ketinggalan, maklum dah bapak-bapak! Daa…an, hujan tetap mengguyur motor dan penunggangnya sepanjang perjalanan menuju pelabuhan ratu sebagai pemberhentian pertama. Saya kurang tahu persis mengenai rute yang dilewati. Sumpah, seumur-umur baru kali ini melewati jalur ini. Yang jelas, setelah motong jalan, tahu-tahu sudah memasuki jalan raya menuju Sukabumi
Setelah istirahat di pertigaan Cikidang sambil ngopi di warung padang dan ngencengin baut roda belakang bro Agil, perjalanan dilanjutkan menuju Pelabuhan Ratu. Di sini juga tempat saya ngilangin deg-degan setelah sebelumnya hampir nubruk pantat angkot yang sedang parkir! Untung reflek dan pengalaman bertahun-tahun menonton motoGP membuat saya mampu menghindarkan diri dari pantat angkot yang jauh dari sexy itu!

Di sini tantangan baru dimulai. Jalur Cikidang – Pelabuhan Ratu yang tikungannya super sadis, nanjak turunnya super narsis, ditambah hujan yang terus mengucur plus cuaca gelap gulita dan hawa dingin yang menusuk tulang, membutuhkan konsentrasi tinggi agar motor dan pawangnya tidak menubruk pohon kelapa sawit atau pohon teh yang bertebaran di sepanjang perjalanan. Di sini saya mengalami kendala dengan pandangan yang terasa kabur, alias enggak bisa fokus. Enggak tahu kenapa penyebabnya. Hal ini baru saya rasakan pertama kali. Hanya berpanduan lampu belakang bro Ical-lah saya mampu tetap berada di dalam barisan turing. Mungkin mata saya sudah “low-bat”, walaupun secara fisik saya masih mampu mengendalikan si tigy.

DI PELABUHAN RATU.
Menjelang (atau mungkin sudah lewat) tengah malam, kloter saya sampai di queen beach alias Pelabuhan Ratu. Setelah berputar-putar sejenak mencari lokasi pemberhentian, akhirnya kloter saya sampai juga di pemberhentian pertama itu untuk beristirahat menghabiskan malam guna melanjutkan perjalanan esok harinya. Dari jauh terdengar konstan suara gemuruh bersahutan. Dari bro Eko akhirnya saya tahu bahwa suara gemuruh itu adalah suara deburan ombak laut selatan. Baru “ngeh” saya kalau malam itu kita beristirahat di tepian pantai. Suara ombak itu saling bertautan dengan suara musik dangdut yang saya pikir berasal dari café-café di sepanjang pinggir pantai. Hmmmm… kenyataan yang saya temui di sini, mesjid tempat saya sholat isya tutup, yang membuat saya sholat di teras samping mesjid, tetapi café-café banyak yang buka sampai menjelang pagi.


Menunggu kloter yang lain di pantai Pelabuhan Ratu

Di situ seluruh peserta beristirahat, setelah sebelumnya makan mie rebus, minum kopi, sholat, dan tentu saja nge-gokil sesama peserta. Beberapa bro malah sampai ada yang tidak tidur semalaman menunggu pagi, busyet dah kuat banget tuh mata! Kalau saya begitu merebahkan diri di rumah panggung yang banyak bertebaran di sepanjang pantai, langsung pules di samping bro Eko sampai esok harinya. Hanya sebentar saya menikmati pemandangan malam ke hamparan laut yang gelap berhiaskan lentera para nelayan. Di sini juga tempat berkumpul seluruh peserta turing yang pada saat pemberangkatan terpisah-pisah menjadi 3 kloter. Total seluruh peserta turing kali ini sekitar 40-an bogorianz.

Paginya, saya dibangunkan adzan subuh. Setelah sholat subuh dengan mata yang masih menahan kantuk sayapun……. tidur lagi! Setelah terang, mungkin jam 6-an, barulah saya benar-benar terbangun. Sekarang saatnya saya menikmati hamparan laut lepas berhiaskan matahari pagi. Kembalilah seluruh peserta turing ke masa kanak-kanak mereka. Bercanda, bersendau gurau, berlarian sepanjang pantai, main bola. Sebagian kita, berolahraga dan bersenam pagi ria, dengan instruktur …. bro Herry Wongkeb alias saya sendiri! Lah wong mereka tahu, pekerjaan saya sebagai guru olahraga! Seperti biasa, senam yang saya pimpin hancur lebur….. lebih banyak bercandanya dari pada seriusnya. Tapi nggak apa-apa, yang penting semuanya menunjukkan wajah bahagia. Kan ini acara senang-senang, jauh dari pekerjaan, masalah dan rutinitas yang membosankan.




Senam Ria Bikers Indonesia!


Sayang sekali, keberadaan kita di pantai pelabuhan ratu ini tidak bisa berlangsung lama, karena jam 8 pagi kita harus segera melanjutkan perjalanan ke Ujung Genteng. Menjelang jam 8, seluruh peserta bersiap. Mandi, makan, ngopi, manasin tigi dan…..go!

ALONG THE WAY.
Jam delapan teng seluruh peserta turing sudah bersiap dalam barisan yang keren. Dengan bangga mereka bersiap di atas macan mereka. Semua terlihat macho, garang, sangar, gahar, pokoknya very-very man-ly lah! Dari jacket, helm, hand and knee protector, box givi serta berbagai accessories melekat di tigy mereka. Saya perhatikan cuma saya yang masih memakai jaring sebagai pengikat tas bawaan saya, hiks!

Setelah berdo’a dan pembagian posisi, seluruh peserta pun berangkat. Saya tetap di kloter ke-satu. Seperti rancangan yang sudah disepakati, turing kali ini juga berniat memecahkan rekor turing terpanjang HTML Bogor. Memasuki daerah perkotaan, yang banyak pertiga-an, rombongan sempat terpisah-pisah. Dengan saling menunggu (beberapa bro terlihat geregetan sih…) akhirnya seluruh rombongan yang terpisah berhasil berkumpul kembali. Perjalanan pun di lanjutkan dengan lancar. Semua peserta terlihat enjoy selama perjalan. Jalan yang ditempuh rata-rata dalam kondisi baik, hanya banyak sekali tikungan-tikungan tajam. Juga batu-batu kerikil yang banyak bertebaran, yang dapat membuat ban kehilangan traksi harus tetap diwaspadai, juga keadaan alam di kiri kanan jalan yang kebanyakan jurang menganga! Nggak kebayang deh, kalau harus melewati jalan ini malam-malam…..
Buat saya, ini tantangan yang harus ditaklukkan, karena selama ini, manuver saya dalam berbelok dan menikung jauh dari sempurna. Setelah lama saya dalam barisan, saya rasakan, saya tidak terlalu jauh tertinggal dan selalu bisa menjaga posisi. Kan tengsin, kalau tiap kali turing ketinggalan mulu! Tercatat selama perjalanan ke Ujung Genteng kita beristirahat panjang 2 kali. Yang pertama di sebuah perkebunan teh, sorry saya lupa namanya. Di situ seperti biasa, pasukan Bogorianz berubah jadi pasukan narsis! Semua kamera peserta turing keluar dari sarangnya “menembak” para model-model macho kelas dunia!


Penyakit semua bikers : narsisisme!


Pemberhentian kedua buat saya lebih menarik, yaitu di sebuah air terjun, namanya air terjun Cikaso. Hanya kita tidak bisa langsung ke lokasi air terjun. Dari parkiran motor, peserta harus naik kapal sewa ke lokasi air terjun selama kurang lebih 10 menit. Biaya kapal termasuk murah, sekitar 60 ribu. Dengan harga segitu sepuluh penumpang bisa diangkut, ditungguin dan dipulangin. Lah iya-lah, masa mau ditinggalin! Bisa-bisa si abang perahu dilempar kaleng olie tuh! Sebelum berangkat ke lokasi air terjun, 2 warung nasi habis ludes digraot oleh seluruh pasukan. Nasi ludes, lalapan habis, ikan dan ayam tandas! Tidak tersisa…...



Beristirahat bersama bapak komandan gegana (gegares sagalana!)




Di air terjun Cikaso, basah ampe ke dalem-dalem!


Air terjun Cikaso memiliki keaslian alam yang sangat indah. Tidak sia-sia perjalanan jauh dari bogor untuk menemukan keindahan di sini. Airnya jernih sejuk, udara segar, hutan dan alamnya asri, hanya sepertinya tidak ada pengelolaan yang jelas dari aparat di situ. Saya lihat hanya penduduk sekitar yang ada di lokasi. Aktivitas mereka sekitar berjualan kebutuhan para pengunjung air terjun. Sedangkan bapak-bapaknya sibuk di penambangan pasir. Seperti biasa, di air terjun, para bogorianz memuaskan nafsu narsis mereka. Jeprat-jepret sepuas-puasnya, maklum yang memfoto dan yang difoto sama-sama profesional! Seluruh peserta menghabiskan waktu sekitar 2 jam-an di air terjun Cikaso. Setelah puas, rombongan pun meninggalkan lokasi air terjun menuju pantai Ujung Genteng, yang sudah tidak jauh lagi-sekitar 1 jam-an. Kondisi jalan yang ditempuh pun masih terbilang mulus. Menjelang pantai Ujung Genteng, pemandangan sungguh indah. Haparan pohon kelapa dan jalan pasir putih, seolah menanti kedatangan seluruh rombongan. Alam pun cukup bersahabat, cerah dan sejuk tanpa hujan.

DI UJUNG GENTENG.
Sekitar jam 3-an sore rombongan sampai di pantai Ujung Genteng, alhamdullilah. Saya lega, karena tidak ada halangan yang cukup berarti menimpa saya dan seluruh teman-teman Bogorianz. Hanya tangan dan badan sedikit pegal setelah menunggangi tigy sekian lama. Walaupun pantai dan laut berada di depan mata, tapi saya belum berminat ke sana. Semua peserta menyerbu welcome drink yang sudah disiapkan pemilik villa tempat kami menginap. Menu sederhana tapi nikmat, bakwan dan pisang goreng, sedangkan minumannya boleh pilih, teh manis atau kopi tubruk, habis itu ngilangin keringat dan pegal-pegal dengan mandi dan rebahan sebentar. Setelah sholat, baru saya berniat jalan-jalan di hamparan pasir putih pantai Ujung Genteng yang terkenal itu. Tidak seperti pasir pantai lain yang pernah saya datangi, pasir di sini berwarna putih dengan kelandaian pantai yang cukup luas. Kata orang sih, walapun kita berjalan jauh agak ketengah laut, kedalaman pantai tidak berubah, tetap di sekitar lutut. Cuma sayang saat saya berjalan di air laut, bukannya pasir yang saya injak, melainkan batu-batu karang berlumut yang walaupun tidak terlalu tajam tetapi tetap kurang nyaman bila terinjak. Tadinya karena sudah mandi, saya enggan menceburkan diri ke laut. Tetapi karena rayuan air jernih dan beberapa teman saya lihat begitu asyik dan bercanda sambil berendam, akhirnya saya pun bergabung dengan mereka. Airnya tidak terlalu dingin, dengan ombak yang berayun lembut tetapi berputar-putar. Jadilah sore itu, saya menghabiskan waktu di kejernihan air Ujung Genteng.



Menjelang sore di pasir putih Ujung Genteng.


Malamnya diadakan acara yang sangat sakral, penting, berkesan dan cukup penting, yaitu …… makan malam! Dengan menu nasi putih, sayur lodeh, ayam, tempe, sambel, kerupuk. Semua Bogorianz begitu asyik menikmati makan malamnya. Setelah itu berturut-turut, acara disambung dengan penuturan kisah lahirnya Bogorianz alias HTML Bogor oleh bro Ferry. Dari sumber yang layak banget dipercaya, mereka mengatakan bahwa bro Ferry ini merupakan founding father-nya HTML Bogor. Semua tampak tekun dan menyimak kisah yang dituturkan. Jelas sekali mereka begitu terkenang akan masa-masa lalu, dimana komunitas motor honda Tiger ini baru terbentuk. Seperti biasa, penuturan kisah itu “diracuni” dengan berbagai canda tawa yang ampun deh, bikin semuanya nggak berhenti tertawa.

Acara dilanjutkan dengan penyematan baju resmi HTML kepada Bro Enju, Bro Black Hassy, Bro Idrus dan Bro Ical. Keempat brother itu tampak bangga dengan penyematan baju HTML itu. Bahkan Bro Idrus terlihat matanya berkaca-kaca dengan suara yang terbata-bata saat memberikan sepatah dua patah kata. Satu kalimat yang selalu saya ingat adalah dia begitu bangga sudah menjadi HTML seratus persen! Acara terakhir malam itu sebelum tidur adalah membahas rute dan jam kepulangan. Rencana yang sepertinya mudah itu ternyata berjalan lumayan alot karena menghimpun berbagai input dan masukan dari banyak peserta. Kubu terbagi dua antara mereka yang menginginkan rute kepulangan normal melewati jalur biasa (Sukabumi) atau lewat Cianjur Selatan. Selain itu jam kepulangan juga terpecah menjadi beberapa fraksi (jiahhhh…. kaya DPR aja!). Ada yang meninginkan pulang jam 5, jam 7 dan jam 8. Di sinilah terlihat kepemimpinan bro Dorry yang begitu memukau, mempesona dan berkharisma! Dia begitu sabar tetapi tegas dalam menghimpun semua usul dan memutuskan dalam sebuah keputusan yang bisa diterima semua pihak. Dalam banjir pendapat yang begitu deras, dia tetap mementingkan kebersamaan dan brotherhood-nya. Keputusan akhir adalah : Kepulangan di bagi dalam dua bagian dengan rute normal (Sukabumi) pada jam 5 dan jam 8 pagi….. okeh, putus! Habis itu, acara disambung dengan kegiatan yang sangat penting yaitu …… bobo malem, zzzzzzzzz……

GOING HOME.
Pagi harinya jam 8 teng, setelah sarapan nasi goreng semua peserta meninggalkan penginapan. Sebelumnya pada jam 5 pagi, sebagian rombongan sudah meninggalkan lokasi dikarenakan berbagai kepentingan. Sebelum berangkat, semua peserta dibekali panitia dengan oleh-oleh dua bongkah gula aren! (Sampai sebulan setelah turing, gula aren itu masih saya pake pengganti gula pasir untuk kopi tubruk saya, rasanya manis, harum dan segar).

Menjelang Kepulangan dengan bekel gula aren!


Ada yang mabok oplosan air laut dan gula aren, wakakakak....!

Perjalanan menempuh rute Sukabumi – Ciawi – Bogor dan tidak mengalami kendala yang berarti, hanya gerimis menjelang sukabumi yang memaksa rombongan membatasi kecepatan motornya. Lalu lintas di hari minggu itu terbilang cukup ramai. Di sekitar Parungkuda, kemacetan bertambah parah, yang membuat posisi barisan bercerai berai. Seperti prosedur turing, saat menemukan titik kemacetan, memang semua peserta diperbolehkan mencari jalan sendiri-sendiri untuk kemudian kembali lagi kepada posisi semula setelah titik kemacetan terlewati.


Menjelang tipis (titik pisah) di Sukabumi menjelang Karung Kuda.



Menjelang Ciawi, saya memisahkan diri, karena memang cuma saya yang menempuh jalur ke arah Cisarua menuju rumah, dimana keluarga sudah menunggu. Jam 3-an sore saya alhamdullilah tiba di rumah dengan selamat. Sampai jumpa di acara turing HTML Bogor berikutnya, where brotherhood has no limit…………


Where brotherhood has no limit.....

2 komentar:

  1. wkwkwk.. jangan kapok ya pak guru,selamat datang di area 'MMers'..

    BalasHapus
  2. he..he..seru juga.. tapi kok ga ada yang bw istri ya... (apa memang ga boleh..) ya.. kan itung-itung sekalian family gathering gitu... bro...

    BalasHapus