Sabtu, 27 November 2010

10 Tahun HTML : Menembus Batas Kebencian.........

To Jogja for brotherhood : HTML goes to Adisucipto.


Tulisan ini saya turunkan selain untuk menanggapi tulisan bro Dinar, HTML 001 dalam “Sebuah Catatan : Seandainya Persaudaraan Itu Terjalin kembali”yang ditulis dalam akun facebooknya, juga sebagai sebuah refleksi kecil atas dasa warsa HTML. Sedikit ulasan mengenai tulisan tersebut, bahwa tulisan tersebut ditulis bro Dinar atas kegalauan hatinya mengenai beberapa intimidasi atas member HTML di daerah oleh club-club di daerah juga. Terakhir adalah “kasus Jogja” yang sampai sekarang, walaupun dinyatakan “case closed” tetapi masih banyak menyimpan banyak pertanyaan dan kekecewaan (buat sebagian member HTML). Berbagai pertanyaan, komentar dan analisa bermunculan sejak kasus ini mencuat hingga tulisan ini dibuat.


Sebagai member HTML, saya bisa merasakan kegalauan yang sama bercampur dengan berbagai perasaan lainnya, seperti ditulis oleh bro Dinar “Saya sedih, saya miris, saya marah sekaligus saya kecewa! Kasus Jogja memang terasa begitu menohok sisi-sisi humanisme banyak member HTML. Banyak yang masih bertanya-tanya mengenai latar belakang dan motivasi atas kejadian tersebut. Apakah semata karena faktor individu atau faktor organisasi. Juga siapa yang sebenarnya bersalah atas kasus itu. Di awal membaca berita kasus Jogja tentu saja saya”syok”. Yang pertama karena sebuah organisasi yang mengutamakan persaudaraan pun tidak bisa meraih orang lain untuk menjadi saudaranya. Sihir mantra brotherhood has no limit ternyata hilang kesaktiannya, mandul menghadapi perbedaan visi lain. Yang kedua saya syok karena kejadian itu terjadi di Jogja. Saya yang dibesarkan di Jawa Tengah tentu saja masih ingat akan jargon-jargon dan falsafah-falsafah Jawa yang sangat adiluhung yang pasti juga dipahami masyarakt Jogja semisal tepo saliro, ngundhuh wohing pakarti hingga cokro manggilingan. Apakah semua falsafah itu hanya sekedar kata tanpa makna, tertutup oleh amarah dan dendam?

Efek kasus itu memang akhirnya melebar menjadi “skala nasional”, dan betul-betul mampu memunculkan sisi “premanisme” para member HTML yang sebelumnya santun. Hal itu paling tidak terlihat dalam “perang” dunia maya. Cacian, umpatan, makian hingga bernada ancaman pun mondar-mandir saling berbalasan di jejaring facebook selama beberapa hari. Untunglah hal itu tidak berkepanjangan dan membuat saya berharap perbedaan itu pun akhirnya mereda di dunia “darat”. Dan berhubung kasus ini sudah dinyatakan case closed tentu saja tidak bijak jika kita terus memperpanjang dan mengungkit-ungkit. Waktu akan menunjukkan siapa yang benar dan siapa yang salah. Akan lebih bijak dan bermanfaat jika waktu dan tenaga kita kembalikan ke fitrah HTML semula, sebagai penebar virus savety riding.
Masih mempertanyaakan keindahan brotherhood?

Dalam interaksi sosial, sebuah konflik sebenarnya adalah sebuah “kewajaran”. Seorang penulis sosial politik Lewis A. Coser malah menggambarkan bahwa “konflik merupakan peristiwa normal yang dapat memperkuat struktur-struktur hubungan-hubungan sosial. Tidak adanya konflik dalam sebuah masyarakat tidak dapat dianggap sebagai petunjuk kekuatan dan stabilitas hubungan sosial masyarakatnya”. Teori lain mengenai kekerasan kolektif diungkapkan oleh ahli lain, Le Bon yang menulis bahwa kekerasan kolektif berkaitan dengan irasionalitas, emosionalitas dan peniruan individu yang lepas dari pembatasan sosial suatu organisasi sosial. Individu-individu yang berada dalam suatu kelompok/crowd dianggap saling meniru, sehingga saling memperkuat dan memperbesar emosionalitas dan irasionalitas sesamanya.

Teori baru tentang kekerasan kolektif ini menunjukkan bahwa pada dasarnya kekerasan kolektif muncul dari situasi kongkrit yang sebelumnya didahului oleh sharing gagasan, nilai, tujuan dan masalah bersama dalam kurun waktu yang lebih lama. Masalah bersama merupakan faktor yang paling penting dan bisa melibatkan perasaan akan bahaya.

Kekerasan memang bisa terjadi di mana-mana, di jalanan hingga di ruang sidang, antar kampung, antar sekolah, antar fakultas, antar tentangga hingga antar saudara. Jangankan yang belum menjadi saudara, yang sudah jadi saudara sejak lahir pun bisa berantem. Ada yang berakhir di rumah sakit, di kuburan atau cukup dikompres pakai es batu. Para biker yang notabene berusia muda inipun rentan akan peristiwa kekerasan. Kebersamaan memang memunculkan kekuatan. Tapi jika tidak dibina dan diarahkan kekuatan itu jelas bisa menjadi destruktif dan merugikan.

HTML, not just for human, but for earth....

HTML dalam usianya yang sudah menginjak 10 tahun memang memiliki member yang cukup banyak. Komunitas berbasis milis ini sudah memiliki kurang lebih 10.000 member milis. Dan seperti pepatah makin tinggi pohon makin kencang angin bertiup, tantangan yang dihadapi makin berat dan makin beragam. Kasus Jogja bisa menjadi hadiah yang sangat “berharga” bagi HTML dalam melangkah ke depan. Berharga untuk lebih bijak dalam bersikap, berharga untuk lebih sabar menghadapi visi yang tidak saja berbeda bahkan berseberangan, berharga untuk menata kembali sendi-sendi organisasi agar lebih kokoh, berharga agar brotherhood has no limit betul-betul no limit karena dia mampu menembus berbagai batasan. Sebelumnya HTML sudah menembus batasan ruang dan waktu, kemudian menembus banyak perbedaan individu dan berbagai struktur sosial. Sekarang masihkan bisa menembus rasa kebencian, menembus rasa dendam, menembus rasa amarah? Sehingga nantinya bisa mengganti rasa miris seperti yang ditulis bro Dinar dengan ketenangan, rasa marah dengan kesabaran dan rasa kecewa dengan optimisme.

Sepuluh tahun sejak HTML berdiri, HTML sudah membuktikan banyak hal. Membuktikan sebagai komunitas yang dewasa, mengedepankan penalaran dalam pemecahan masalah, komunitas pertemanan bukan permusuhan, komunitas mencari solusi bukan emosi, komunitas positif bukan destruktif. Insya Allah hal itu akan terus berlangsung. Selama ada honda tiger, akan ada terus HTML……..

Wrote by : Herry Wongkeb-HTML Bogorianz

Source :
http://www.facebook.com/#!/note.php?note_id=458735377028
http://www.scribd.com/doc/24472806/Sosiologi-Konflik-Kekerasan
http://nilaieka.blogspot.com/2009/05/teori-kekerasan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar