B3, Biker Bogor Bersatu.
Minggu, 1 April 2012 kemarin, saya bersama beberapa teman HTML menghadiri sebuah acara seminar. Yang agak berbeda, seminar kali ini diadakan di sebuah gedung pemerintahan, yaitu di balai kota Bogor. Maka, kami bersama ratusan biker lainnya sekota Bogor yang terbiasa berkumpul di suasana “jalanan”, kali ini harus duduk rapi di tempat yang adem di ruang rapat 1 balai kota Bogor, selayaknya anggota dewan. Tapi tentu saja, namanya juga biker, tetap saja nuansa kebersamaan, persaudaraan, keterbukaan dan kegokilan mewarnai jalannya seminar. Seminar yang bertajuk “Kesehatan dan Keselamatan Biker Serta Pemaparan Arah Perkembangan Lalulintas Kota Bogor dan diprakarsai oleh Terimal Biker ini memang penuh dengan materi-materi pembahasan per-biker-an yang berkembang di kota Bogor. Di sinilah kami para biker merasa bangga karena dilibatkan dalam berbagai kegiatan pemerintah.
Jumat, 06 April 2012
Minggu, 12 Februari 2012
Oh My God....!
Yang muda yang bergaya, yang muda yang melanggar..... who's care?(pic :PR online)
Entah mengapa, akhir-akhir ini saya malas mengendarai motor untuk bepergian. Barangkali dengan semakin hilangnya rasa aman saat di jalan raya membuat nafsu mbejek gas semakin berkurang seiiring dengan rasa ketakutan yang semakin membesar. Bagaimana rasa takut tidak semakin membesar jika setiap hari, televisi, koran, atau bahkan obrolan sesama teman isinya berupa berita-berita kecelakaan yang semakin menjadi santapan sehari-hari. Korban terkapar semakin bertebaran seirama dengan tingkah polah pengguna jalan yang semakin semau gue.
Beberapa waktu lalu, saat menemui kemacetan parah di sekitar pasar Cibinong dalam perjalanan menuju Cibubur, seperti biasa saya langsung menduga pelakunya adalah oknum sopir angkot yang ngetem sembarangan. Dan ketika melewati pusat kemacetan, barulah saya ngoh ternyata penyebabnya adalah karena kecelakaan. Sepertinya kecelakaan tunggal, karena saya hanya melihat satu motor yang tergeletak di pinggir jalan. Tidak jauh dari motornya, diantara kerumunan manusia yang menyemut, sang biker hanya terlihat ujung kedua kakinya, jari-jarinya sudah kaku memutih, kotor oleh debu dan sedikit darah, terbaring kaku tertutup koran. Sepatunya menghilang seiring dengan nyawanya menghadap sang khalik. Pemandangan sekilas yang hanya berlangsung sekian detik itu langsung mengurutkan niat saya untuk menggeber gas selepas kemacetan.
Entah mengapa, akhir-akhir ini saya malas mengendarai motor untuk bepergian. Barangkali dengan semakin hilangnya rasa aman saat di jalan raya membuat nafsu mbejek gas semakin berkurang seiiring dengan rasa ketakutan yang semakin membesar. Bagaimana rasa takut tidak semakin membesar jika setiap hari, televisi, koran, atau bahkan obrolan sesama teman isinya berupa berita-berita kecelakaan yang semakin menjadi santapan sehari-hari. Korban terkapar semakin bertebaran seirama dengan tingkah polah pengguna jalan yang semakin semau gue.
Beberapa waktu lalu, saat menemui kemacetan parah di sekitar pasar Cibinong dalam perjalanan menuju Cibubur, seperti biasa saya langsung menduga pelakunya adalah oknum sopir angkot yang ngetem sembarangan. Dan ketika melewati pusat kemacetan, barulah saya ngoh ternyata penyebabnya adalah karena kecelakaan. Sepertinya kecelakaan tunggal, karena saya hanya melihat satu motor yang tergeletak di pinggir jalan. Tidak jauh dari motornya, diantara kerumunan manusia yang menyemut, sang biker hanya terlihat ujung kedua kakinya, jari-jarinya sudah kaku memutih, kotor oleh debu dan sedikit darah, terbaring kaku tertutup koran. Sepatunya menghilang seiring dengan nyawanya menghadap sang khalik. Pemandangan sekilas yang hanya berlangsung sekian detik itu langsung mengurutkan niat saya untuk menggeber gas selepas kemacetan.
Langganan:
Postingan (Atom)