Yang muda yang bergaya, yang muda yang melanggar..... who's care?(pic :PR online)
Entah mengapa, akhir-akhir ini saya malas mengendarai motor untuk bepergian. Barangkali dengan semakin hilangnya rasa aman saat di jalan raya membuat nafsu mbejek gas semakin berkurang seiiring dengan rasa ketakutan yang semakin membesar. Bagaimana rasa takut tidak semakin membesar jika setiap hari, televisi, koran, atau bahkan obrolan sesama teman isinya berupa berita-berita kecelakaan yang semakin menjadi santapan sehari-hari. Korban terkapar semakin bertebaran seirama dengan tingkah polah pengguna jalan yang semakin semau gue.
Beberapa waktu lalu, saat menemui kemacetan parah di sekitar pasar Cibinong dalam perjalanan menuju Cibubur, seperti biasa saya langsung menduga pelakunya adalah oknum sopir angkot yang ngetem sembarangan. Dan ketika melewati pusat kemacetan, barulah saya ngoh ternyata penyebabnya adalah karena kecelakaan. Sepertinya kecelakaan tunggal, karena saya hanya melihat satu motor yang tergeletak di pinggir jalan. Tidak jauh dari motornya, diantara kerumunan manusia yang menyemut, sang biker hanya terlihat ujung kedua kakinya, jari-jarinya sudah kaku memutih, kotor oleh debu dan sedikit darah, terbaring kaku tertutup koran. Sepatunya menghilang seiring dengan nyawanya menghadap sang khalik. Pemandangan sekilas yang hanya berlangsung sekian detik itu langsung mengurutkan niat saya untuk menggeber gas selepas kemacetan.