Jumat, 30 Juli 2010

Sebuah Sandal, Sebuah Momentum.

Savety first, respect all.... Yes, we are HTML-ers


Bermula dari sebuah kejujuran. Barangkali inilah kalimat yang paling tepat untuk memulai tulisan ini. Ya, kejujuran seorang HTML (sudah bernomor) yang mengakui “kesalahannya”. Atau bisa saja dia tidak bersalah tetapi merasa bersalah. Sekitar seminggu-an yang lalu HTML-ers jantan ini mengakui di milis HTML pusat jika mengendarai honda tiger nya tanpa menggunakan sepatu tetapi hanya bersandal. Atau dia meminjamkan motornya kepada seseorang dan orang itu menunggangi honda tigernya dengan menggunakan sandal. Saya agak kesulitan mengingat mana yang benar, karena threat paling awal dari pernyataan itu tidak kunjung saya temukan kembali, yang jelas sang penunggang tidak bersepatu tetapi bersandal. Kurang ingat juga apakah itu sandal jepit, sandal selop atau sandal bolong…… Yang jelas, atas kejadian itu, bro yang satu ini jadi merasa bersalah, tidak enak karena di motor honda tigernya sudah tertempel stiker HTML dan sudah ber-NRA. Berhenti sampai disini? Tidak dong, kalau berhenti disini tidak akan ada banyak pernyataan seru dari member milis yang lain, oke-lanjut…..



*

Atas pernyataan itu, terjadi banyak perkembangan yang tidak disangka-sangka, paling tidak menurut saya pribadi. Di komen-komen berikutnya, banyak terlontar berbagai statemen yang memang tidak disangka dan kesemuanya itu berawal dari statement “sandal ”itu tadi. Sebagian menyatakan bahwa kejujuran yang diungkapkan itu merupakan tindakan yang positif, mendidik, dan mencerminkan dalamnya pemahaman akan savety riding. Sebagian lain menyatakan bahwa hal itu tidak berguna, “ono-ono wae” dan berlebihan. Keseruan terus berlanjut dengan munculnya pernyataan bahwa individu-individu dalamHTML terbagi menjadi dua golongan, yaitu mereka yang care dengan aturan savety riding dan mereka yang cuek dan tidak mau ambil pusing dengan aturan savety riding. Yang care akan menjalankan aturan-aturan savety riding dengan mengenakan pakaian, accesoris, dan perlengkapan berkendaran secara sempurna. Dan yang cuek akan sabodo teing dengan perlengkapan savety riding, prinsipnya motor aing kumaha aing….. Dan atas penggolong-penggolongan atau pengkotak-kotakan atas para member HTML itu juga menimbulkan pernyataan tersendiri dari member lainnya. Menurut mereka HTML itu ya satu, yaitu HTML yang taat kepada peraturan. Baik intern berupa aturan dalam HTML ataupun extern yaitu peraturan berlalu lintas di jalanan negara ini. Buat yang tidak taat atas aturan-aturan HTML ya monggo silahkan minggir….

*

“Betul sekali brader...itulah sebabnya kenapa saya buang buangin atribut HTML, seperti yg saya bilang supaya HTML tidak terbawa bawa oleh aktifitas saya dijalan...urusan lalin biar jadi urusan pribadi saya saja...maka-nya bagi yg masih nempelin atribut HTML dimotornya agar menyiapkan mental yg kuat luar biasa, sebagaimana yg dinyatakan oleh bro **** *******, karena ini organisasi yg sangat disiplin berlalulintas, dan sangat taat dengan aturan lalu lintas...jangan bikin malu HTML...”

Tulisan diatas adalah salah satu ungkapan seorang brother sebagai salah satu threat yang sangat menarik untuk disikapi. Bayangkan, seorang HTML demi menjaga nama baik HTML rela melepas semua atribut HTML sehingga semisal dia melanggar aturan lalu lintas, HTML tidak akan terbawa-bawa. Barangkali setelah itu, brother yang satu ini sekalian keluar dari kememberan HTML. Menurut anda, pembaca, tindakan itu tepat atau kurang tepat. Saya yakin seratus persen bahwa akan ada yang menjawab tepat dan ada yang akan menjawab kurang tepat. Saya sendiri sering menemukan fenomena itu. Yang menjunjung aturan akan hak asasi manusia mungkin akan menyatakan bahwa hal itu kembali kepada si empunya motor. Toh motor dia dia yang beli, pakai uang sendiri, dia sendiri yang menaiki, sekali lagi motor aing kumaha aing, beibeh….. Toh tindakan ini justru menjaga nama baik HTML dengan tidak membawa embel-embel HTML atas segala tindakannya di jalan raya. Para brother ini mungkin sudah merasa tidak ada kenyamanan dengan menjadi member HTML yang sarat dengan norma-norma savety riding. Sedangkan yang menjunjung tinggi aturan savety riding akan berfikir sebaliknya. Justru dengan membawa nama HTML dipunggungnya, eh di motornya, ada semacam tanggung jawab moral untuk menjaga keselamatan bersama, diri sendiri dan orang lain…

*

Pelatihan savety riding, perlu follow up yang berkelanjutan.....


Statemen para member milis lainnya juga tidak kalah seru, sebagian ada yang menyoroti tingkah laku pengendara motor yang “kacau” seperti naik trotoar, berhenti di depan garis putih, boncengan gak pake helm, lampu belakang warna putih, knalpotnya suaranya gak ketulungan alias kaya geledek, masih ada yg pake strobo, boncengan bertiga, dll. Dan “celakanya”, mereka yang melakukannya adalah motor yang sudah berstiker HTML. Nah sampai disini, kajian “sandal” sudah berkembang lagi menjadi problem attitude dan koreksi. Berarti ada fenomena stiker HTML belum menggugah kesadaran si empunya motor untuk berkendara secara aman dan memenuhi peraturan lalu lintas. Jelas ini sebuah tantangan, sentilan, dan kritik tajam buat HTML yang memang selalu mengedepankan savety riding dan penanaman disiplin berlalu lintas kepada seluruh membernya. Sebuah tantangan yang tidak mudah memang, mengingat latar belakang member yang berasal dari berbagai kalangan. Sebuah tantangan yang mengundang segudang pertanyaan. Semisal kurang efektif-kah sebegitu banyak pelatihan savety riding yang sudah diadakan oleh HTML? Bagaimana sistem pengawasan dan kontrol yang harus diterapkan untuk mengawasi para member HTML yang jumlahnya sudah ribuan ini? Sudah berkurangkah kebanggaan sebagai member HTML sehingga dengan enteng para member mencopoti atribut HTML karena dianggap terlalu membebani?

*

Ada juga yang menyoroti HTML dari sisi kualitas. Sejatinya mereka yang mencopoti atribut HTML tidaklah menjadi masalah sama sekali. Karena HTML selalu mengedepankah kualitas. Buat apa kuantitas kalau dari sisi kualitas, tingkah laku para biker member HTML masih jauh dari kedisiplinan berlalulintas? Toh awal mula HTML sepuluh tahun yang lalu juga berawal dari segelintir orang? Jadi jangan takut dengan fenomena copot stiker dan atribut lainnya, karena masih ada yang tetap perduli dengan prinsip savety riding. Lagi pula mereka yang copot stiker kan belum tentu tidak peduli dengan savety riding, mungkin hanya karena ingin bebas seperti sebelum menjadi member HTML…..

Pemberian stiker resmi HTML, bangga boleh, tindakan nyata lebih penting.....

Sebagian member milis merasa bahwa fenomena yang berkembang dari “kasus sandal” tadi terlalu dibesar-besarkan. Bisa saja benar, akan tetapi penulis merasa bahwa di usianya yang menginjak angka 10 tahun ini, dengan 6400-an membernya, tantangan buat HTML semakin besar. HTML harus mengakomodir ide, prinsip, attitude dan kemauan ribuan membernya. Untunglah dengan keflexibelan-nya HTML tidak terjebak ke dalam wadah dan organisasi yang bercirikan arogansi pengurus baik di pusat maupun wilayah. Sebagai komunitas bebas yang berbasiskan milis, HTML sudah melangkah sedemikian jauh ke depan, tentu saja dengan prinsip savety ridingnya. You take it or leave it…….



Ditulis oleh Herry Wongkeb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar