Senin, 04 Oktober 2010

Lady Biker Di Sekolah!

Nggak kalah dengan rider cowok...
(http://blogombal.org)


Sekitar lima atau sepuluh tahun yang lalu, populasi wanita yang menggunakan sepeda motor tidaklah sebanyak sekarang. Di waktu itu, kebanyakan wanita hanya memposisikan sebagai boncenger. Tapi tidak untuk sekarang. Populasi wanita yang menggunakan sepeda motor sudah jamak ditemui di jalan-jalan raya, baik di ibukota maupun di daerah. Jangankan sekedar jadi lady biker, yang jadi pembalap profesional pun sudah banyak. Wanita pengguna sepeda motor ini memang kebanyakan berusia muda. Malah bisa dikata, bahwa gadis remaja yang tidak bisa menaiki sepeda motor akan dicap ketingalan jaman oleh kawan-kawannya. Fenomena ini terjadi karena selain kemajuan jaman, tuntutan profesi, juga proses kepemilikan sepeda motor yang semakin hari semakin mudah, cukup dengan DP 500 ribu rupiah (malah ada yang lebih murah!) motor sudah bisa dibawa pulang. Tentu saja diikuti kewajiban membayar cicilan per bulannya he.. he…


Setiap saya mejadi rider dan menyusuri jalanan (kebanyakan rute Jakarta-Bogor, lewat jalan raya Bogor), semakin sering saya menjumpai para pengendara wanita ini. Ada yang riding style-nya biasa-biasa saja, ada juga yang maksain diri melaju di jalan raya walaupun belum mahir banget. Dan tentu saja ada yang sudah bergaya speed rider. Tanpa takut dia selap-selip di kepadatan lalu lintas Jakarta. Dari yang tertib dengan helm dan “kaca muka” sampai yang melaju asal gaul tanpa perlengkapan safety riding.

Beberapa teman guru saya pun ada beberapa yang menjadi lady biker. Yang membuat salut, perlengkapan berkendara mereka bisa dibilang komplit. Dari helm, jaket, sarung tangan hingga sepatu, benar-benar safety riding. Nah ini beberapa diantaranya :


Mau ngajar ayo, mau ngebut ayo!


Eno.
Lady biker yang satu ini bisa dibilang yang paling senior diantara lady biker lainnya. Tentu saja karena sejak lahir, eh sejak SMA sudah terbiasa menunggangi kuda besi. Gadis lincah bernama lengkap Retnoningsih ini memiliki gaya berkendara speed rider. Terlihat dari tungganganya, suzuki satria berwarna biru. Lady biker anggota SSFC (Suzuki Satria Fans Club – Jakarta ) ini di sekolah menjadi Guru TK, lho bro! Pengalaman turingnya pun sudah lumayan jauh. Paling enggak jalur Jakarta-Purwokerto pernah dilalapnya. Saya sempat merasakan turing bareng dengan lady biker ini ke Cipanas dan dengan sukses dia mengasapi saya dibelakangnya. Maklum dia paling panas kalau disalip angkot atau biker lainnya.


Murid bolos, saya uber pake matic!


Ani.
Gadis manis pengendara honda beat bernama lengkap Ani Agustina ini terbilang baru sebagai lady biker. Walaupun begitu, sejak awal memiliki tunggangan kuda besi, dia sudah menerapkan prinsip safety riding, terlihat dari kelengkapannya dalam mengendarai beat merah marun-nya. Gaya berkendaranya terlihat anteng. Mungkin karena masih penyesuaian dengan honda beat yang baru dimilikinya sekitar 6 bulanan ini. Makanya ajakan turing teman-temannya seringkali ditolaknya, mungkin belum pede banget untuk riding jauh. Seringkali saya menegur lady biker yang guru SD ini yang kedapatan berkendara sambil mendengarkan MP3 player. Takutnya nggak dengar kalau disemprit polisi. Bukan karena menerobos lampu merah, tapi karena pak polisinya pengin kenalan he.. he…



Lady biker, lady teacher!

Lia.
Nah yang ini juga guru TK. Pemilik nama lengkap Pricilia ini mengaku mengendarai kuda besinya hanya seputaran Jakarta-Bogor saja. Gadis anggun pengendara suzuki spin ini pun tipe yang ogah ngebut. Takut pak, belum kawin, katanya. Jalur Pondok Gede-Cibubur secara harian sudah biasa dilibasnya. Walaupun bukan tipe speed rider, saya lihat riding skill-nya cukup bagus. Mau pelan atau sedikit speed, semua terlihat mahir dan luwes dalam bermanuver. Mengaku menaiki kuda besi karena profesi dan ngejar waktu, tapi terkadang naik angkot juga…

Nah, itulah 3 lady biker di sekolah. Mau kenalan sama mereka? Semuanya masih single lo……..

Wrote by :  Herry Wongkeb.

1 komentar: