Kamis, 27 Oktober 2011

(Di Jalan Raya) Betapa Dekatnya Kita Dengan Maut!

Sebenarnya bisa dihindarkan....

Judulnya jelas sangat berarti dan pasti diiyakan oleh mereka yang peduli akan savety riding. Mungkin juga akan dicuekin oleh mereka yang berprinsip “motor aing kumaha aing”. Tapi peduli atau tidak, sadar atau tidak sadar, kecelakaan di jalan raya bagaikan pemangsa yang siap sedia menunggu kelengahan kita. Bahkan baru-baru ini Marco Simoncelli, pembalap motoGP yang balapan dengan standar keamanan tertinggi di duniapun terenggut jiwanya menyusul Daijiro Kato yang meninggal dunia di even yang sama tahun 2003 silam. Tidak perlu diceritakan betapa tragisnya saat Simoncelli tertabrak motor rivalnya setelah terguling di aspal dengan helm terlepas dari kepala, atau betapa mengerikannya melihat motor Daijiro Kato yang hancur berkeping-keping saat menabrak dinding pembatas lintasan.


Tidak usah jauh-jauh, beberapa “senior” saya di HTML pun mengalami nasib yang sama, tertimpa musibah kecelakaan, baik yang ringan maupun yang fatal. Padahal mereka adalah para rider yang sudah terbiasa dan patuh akan savety riding, berpengalaman turing serta memiliki skill dan handling yang baik. Intinya, momen yang dirumuskan dengan hukum Newton 3 yang dikenal sebagai hukum aksi-reaksi ini (semakin kencang benturan pada saat kecelakaan, akan semakin beresiko kecelakaan tersebut) tidak mengenal orang, tempat dan waktu. Siapapun, dimanapun dan kapanpun, entah anda pejabat, atris, pegawai negeri, preman atau tukang odong-odong! Kecelakaan dengan berbagai situasi akan selalu mengintai semua pengguna jalan raya, bahkan oleh mereka yang paling perduli dengan savety riding sekalipun. Terkadang kecelakaan bukan disebabkan oleh diri kita yang peduli tetapi oleh orang lain yang ceroboh. Angkot yang belok dan berhenti mendadak, belok tanpa lampu sein, atau ibu-ibu yang menyeberang jalan tanpa tengok kiri kanan adalah contoh dari beberapa kejadian yang sering kita jumpai.

Sejak awal Januari hingga Juni 2011 jumlah pelanggaran sepeda motor mencapai 362.056 kasus dengan jumlah kecelakaan 3.133 kasus. Sementara pelanggaran angkutan umum sebanyak 88.214 kasus dengan 427 kasus kecelakaan (http://news.okezone.com/read/2011/07/08/338/477394). Itu baru data kecelakaan di Jakarta dan sekitarnya. Jika kita mau melihat dalam skala nasional, tentu angka itu akan semakin melambung. Jika diambil rata-rata maka ada 3-4 orang meninggal di jalan setiap jam, dan setiap 17 menit satu orang terkapar meregang nyawa akibat kecelakaan (http://mdev.detik.com/read/2011/07/12/131803/1679582/1207).Di sisi yang lain, angka kepatuhan berlalu lintas para pengguna jalan di Indonesia terlihat tidak menunjukan angka yang signifikan. Budaya sadar berlalu lintas dengan membudayakan tertib, disiplin, sopan dan savety di jalan raya seakan merupakan suatu kondisi yang sangat sulit dicapai. Sudah berulang kali peraturan dibuat dan direvisi tapi penegakannya di jalan raya seperti mentah kembali.

Yup, mobil memang keras bro....

Dulu saya berharap banyak saat UU Lalu lintas no. 22 yang nongol tahun 2009 lalu. Bahkan saya dengan antusias mengikuti perkembangan dan penerapan UU tersebut, dengan harapan akan melihat dan menikmati kondisi jalan raya yang semakin aman, nyaman dan kondusif. Kini penegakan disiplin demi terealisasinya UU tersebut seperti menguap di awang-awang. Lihatlah betapa merdekanya para pengguna jalan raya kita, melaju tanpa SIM dan STNK, tanpa helm, tanpa spion bahkan tanpa respect.

Ketika kita menaiki motor guna bepergian, pikiran apakah yang bersemayam di otak kita? Banyak yang mengabaikan sebuah proses yang bernama perjalanan. Banyak dari kita yang hanya berfikir ke arah tujuan kita, apakah itu rumah kita, rumah pacar, mertua, rumah sakit, restoran, cafĂ©, sekolah, dll. Sadarkah kita bahwa untuk sampai disana kita akan menempuh sebuah “belantara” yang bernama jalan raya, yang harus kita susuri semeter demi semeter dengan resiko yang tidak kecil, bahkan bisa merenggut nyawa? Kondisi motor yang tidak savety semisal lampu mati, rem yang tidak pakem, ban gundul dan lampu belakang yang sangat terang adalah hal yang dianggap tidak penting tapi bisa menjadi penyebab kecelakaan yang berujung maut. Hal sama juga bisa terjadi jika kita memiliki riding skill yang “asal ngegas” dan kumaha aing. Belok tanpa sein, berkendara tanpa memperhitungkan jarak, ngebut semaunya, membawa anak kecil dengan pegangan ala kadarnya adalah perilaku ceroboh yang seakan dihalalkan. Kondisi jalan yang porak porandapun seperti berlubang, tergenang air, berkerikil, berlumpur bahkan berpaku bisa menjadi faktor penyebab kecelakaan.

Saat kita melepaskan anak-anak kita berkendara di jalan raya, tanpa SIM, STNK, tanpa helm, tanpa kemampuan riding yang memadai, tanpa modal skill dan kedewasaan, bisa saja hal itu adalah saat terakhir kita melihatnya. Sudah tidak terhitung lagi jumlah kecelakaan dengan korban generasi muda yang secara emosional memang masih labil. Young and speed seakan menjadi kebanggaan para anak muda tanpa mau mengingat resiko dari si speed. Helm sebagai pelindung kepala seakan menjadi beban yang membuat orang tidak bisa melihat wajah ganteng, cool dan imut kita, maka bersemayamlah helm itu di cantelan motor, digenggam atau bahkan ditinggal saja di rumah. Spion yang terlalu kecil, lampu belakang yang sangat terang, sein yang tidak berkedip (atau sekalian mati) seolah kondisi yang tidak perlu dikhawatirkan. Sebuah kecelakaan adalah sebuah takdir, siapapun tidak ada yang bisa mengelakannya. Tapi kecelakaan juga bisa dihindarkan dengan sebuah persiapan. Persiapan secara fisik, mental dan kondisi kendaraan kita.

Yakin melepas anak anda dengan motor? think again!

Tips sebelum menaiki motor anda:
-Cek kondisi motor, perbaiki jika ada peralatan yang tidak beres atau rusak seperti lampu dan sein mati, rem tidak pakem, spion rusak atau tidak memadai, ban kempes atau gundul, dll. Dua puluh ribu sebagai harga kabel rem yang putus adalah pilihan bijak dibanding dua puluh juta ongkos operasi akibat kecelakaan.
-Cek kondisi anda, jika anda ngantuk, lelah, teler, marah, sakit, atau stress, mungkin lebih baik naik angkutan umum saja, baca koran, mendengarkan mp3 atau tidur. Anda bahkan bisa mendapatkan jodoh di situ.
-Cek perlengkapan berkendara seperti SIM, STNK, helm, sepatu, jaket. Jika komplit, 4 jempol untuk anda. Jangan sampai uang untuk kondangan lenyap guna membayar denda tilang. Kecuali yang menilang, polisinya mertua anda!
-Jika membonceng anak kecil, gunakan otak smart anda. Jangan membonceng anak kecil sendirian di belakang. Pikirkanlah bahwa si kecil bisa mudah terlepas pegangannya jika dia mengantuk jika motor melonjak. Ingat, si kecil bukan karung goni atau boneka Teddy Bear.
-Membonceng dua orang sudah terlalu banyak, apalagi tiga, empat, lima, atau enam. Keliatan efisien, praktis, murah dan heboh. Cobalah berfikir bahwa malaikat maut sedang tersenyum di belakang motor anda!
-Jaga speed. Angka 200 km/jam di spedometer motor anda bukan buat dicoba di jalanan. Jangan bermental ABG yang cepat panas jika motor anda disalib. Jalan raya bukan sirkuit, ada banyak pengguna jalan yang melaju bersama anda, dari sepeda hingga truk tronton. Dan ingat semuanya tidak ada yang empuk!
-Perhatikan saat menyalib, perhatikan tikungan dan space sewaktu menyalib. Jangan menyalib jika anda tidak bisa melihat ada apa di ujung sana, apakah jalangan kosong atau jalanan ke akherat.
-Yang ini kedengarannya klasik dan mboseni tapi anda harus tetap menaati semua peraturan lalu lintas yang ada. Percayalah bahwa yang mbikin adalah orang pinter, bukan tukang ojek atau tukang somay!
-Sering-seringlah mengetik kata kecelakaan, korban kecelakaan, kecelakaan motor/mobil di google image. Sedikit banyak akan membuat anda sadar bahwa kematian memang dekat di jalan raya, itu juga sebelum anda muntah karena melihat gambarnya yang mengerikan…
-Terakhir, sering-seringlah mengingat keluarga atau orang yang kita sayangi di di rumah, istri, anak, kekasih atau simpenan anda. They want to see you at home savety…Have a savety riding.


(Image diambil dari berbagai blog dan website)


Writen by : Herry Wongkeb-HTML 2280

4 komentar:

  1. se7 gan wat tulisanya..
    beberapa faktor kecarut-marutan kondisi lalu -lintas jalanan adalah pola fikir pemakai jalan yang salah kaprah disamping kegagalan pemerintah menyediakan angkutan masal yang murah dan praktis ,aman.

    BalasHapus
  2. @walletemas : (like this) salam kenal....

    BalasHapus